99 MANFAAT DAUN BIDARA BAGI KESEHATAN


23 Januari 2021 Dalam Al-Qur’an Menjelaskan Keistimewaan Pohon BIDARA Beribu Manfaat ! Dalam Al-Qur’an Menjelaskan Keistimewaan Pohon BIDARA Beribu Manfaat ! Gambar Daun Buah Bidara Manfaat Daun Bidara, Tanaman Disebut dalam Al -Qur’an, Buat Kesehatan & Kecantikan Fresh | Minggu, 29 DESEMBER 2020 Manfaat Daun Bidara, Tanaman Disebut dalam Qur’an, Buat Kesehatan & Kecantikan Manfaat Daun Bidara Semua bagian bidara (daun, buah, biji, akar, dan batang) dapat dimanfaatkan Dream – Tanaman bidara adalah sejenis pohon kecil yang tumbuh hijau. Tanaman yang bernama latin Ziziphus Mauritiana ini banyak ditemukan didaerah Afrika Utara dan daerah tropis. Di Indonesia sendiri, tanaman ini banyak ditemukan di Sumbawa, Nusa Tenggara Barta. Bidara merupakan salah satu tanaman yang disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits Nabi. Salah satunya dalam Surat As-Saba ayat 16 yang artinya, “ Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr (bidara).” Tak hanya baik untuk kesehatan, daun bidara juga banyak dimanfaatkan untuk kecantikan. Mulai dari kulit kering, kulit berjerawat, hingga kulit yang menunjukkan penuaan. Berikut adalah beberapa manfaat dari daun bidara. Manfaat Daun Bidara Untuk Kesehatan Daun Bidara Anti-Mikroba Manfaat daun bidara terbanyak adalah sebagai antimikroba. Baik bakteri, jamur mau pun parasit. Beberapa zat aktif yang terkandung dalam ektrak daun bidara yang menunjukkan potensi tersebut adalah alkaloid, flavanoid, tanin fenol dan saponi. Salah satu kandungan aktif daun bidara yang berfungsi sebagai antibakteri adalah saponin. Saponin merupakan glikosida komplek. Senyawa ini bersifat polar dan larut dalam air (hidrofilik) dan sering disering juga disebut surfaktan alamiah karena dapat menurunkan tegangan permukaan. Kandungan lain seperti alkaloid, flavonoid dan tanin juga menunjukan aktivitas antimikroba. Mekanisme antimikroba alkaloid adalah mengganggu komponen petidoglikan pada bakteri sehingga lapisan dinding sel mikroba tidak lagi terbentuk dan menyebabkan sel mikroba menjadi mudah hancur. Mempercepat Penyembuhan Luka Luka Daun biadara juga dapat digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Karena daun bidara memiliki sifat antiinflamasi dan antibakteri sangat baik dalam membantu mempercepat proses regenerasi kulit. Selain itu, kandungan senyawa glikosida dalam daun bidara juga bisa menghilangkan bekas luka di kulit dan menyembuhkan luka bakar. Luka di kulit seperti lecet, tersayat, atau akibat tergores. Cara menggunakannya pun cukup mudah, kamu dapat mengmabil bubuk ekstrak daun bidara kemudian dicampurkan sedikit dengan air. Lalu balurkan pada area tubuh yang terluka. Anti-Depresan Penyembuhan luka Daun bidara memiliki kandungan alkaloid dan plavanoid yang mampu menghambat kerja dari mono-aminoksidase. Sehingga menghambat degradasi neurotransmiter syaraf pusat seperti serotonin dan katekolamin yang efeknya pada otak. Dan menimbulkan potensi stimulasi susunan saraf pusat yang menghambat terjadinya depresi. Selain itu daun bidara juga dapat menjadi antioksidan. Ekstrak daun bidara memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, hal ini berkat kandungan plavanoid yang terkandung di dalamnya. Plavanoid merupakan senyawa pereduksi yang dapat menghambat banyak reaksi oksidasi dengan cara mentransfer senyawa elektron pada senyawa radikal bebas sehingga senyawa radikal bebas menjadi stabil dan tidak terjadi reaksi oksidasi. Anti-Kanker Pada daun bidara ditemukan juga senyawa alkaloid, saponin, triterpenoid dan steroid yang memiliki efek sitotoksik sebagai antikanker. Dimana diketahui bahwa senyawa-senyawa tersebut menghasilkan senyawa reduksi yang dikenal dengan nama kuersetin. Kuersetin yang tergolong antioksidan ini memiliki aktivitas terhadap reseptor proto-onkogen proteintirosin kinase dan uridin 5-monofosfat sintase. Sebagai reseptor obat-obatan antikaner yang pada akhirnya dapat melakukan inhibisi terhadap DNA topoisomerase pada sel kanker yang berakibat penghambatan pertumbuhan sel kanker. Membantu Mengatasi Masalah Keputihan Keputihan sering menjadi masalah bagi beberapa wanita. Kandungan anti jamur dan anti bakteri pada daun bidara, dapat membantu mencegah keputihan pada area kewanitaan. Untuk menggunakannya, kamu dapat mencampurkan air rendaman daun bidara untuk membersihkan area tersebut. Lakukan secara rutin atau sesaat setelah selesai mandi. Menurunkan Kolesterol Kolesterol jahat atau LDL dalam darah bisa turun jika mengonsumsi serat yang larut dalam air. Serat tersebut bisa didapatkan dari air rebusan daun bidara. Ekstrak daun bidara ini bisa mengikat kolesterol dalam sistem pencernaan dan membuangnya keluarnya melalui feses. Aktivitas antidiabetik ekstrak daun bidara juga diperoleh melalui mekanisme penghambatan enzim-enzim pemecah karbohidrat menjadi glukosa yang terdapat di saluran cerna. Manfaat Daun Bidara Untuk Kecantikan Manfaat daun bidara Manfaat daun bidara untuk kecantikan bisa digunakan sebagai penenang kulit yang meradang. Daun bidara memiliki kandungan anti-inflamasi dimana bisa menenangkan kulit yang meradang. Selain itu daun bidara juga memiliki manfaat lain untuk kecantikan, diantaranya: Melembabkan Kulit Jika kamu memiliki kulit yang kering, kamu bisa memanfaatkan kandungan lemak danmineral dalam daun bidara untuk mengatasinya. Manfaat daun bidara untuk kecantikan diyakini mampu melembapkan kulit. Kamu bisa memanfaatkannya sebagai masker. Caranya haluskan daun bidara, tambahkan air atau air mawar hingga teksturnya mirip masker. Lalu oleskan pada area kulit yang kering. Tunggu beberapa menit hingga mengering, lalu bilas dengan air bersih. Mengatasi Jerawat Jerawat Manfaat daun bidara memang sangat baik untuk kecantikan, salah satunya mengatasi permasalahan jerawat. Hal ini lantaran kadungan zat antibakteria dalam daun bidara yang dipercaya mampu mengatasi masalah kulit tersebut. Caranya, haluskan daun bidara lalu berikan air atau perasan lemon. Campur hingga merata dan oleskan pada kulit yang berjerawat. Diamkan selama 20 menit atau hingga masker mongering. Lalu bilas sampai bersih. Gunakan rutin setidaknya dua kali dalam seminggu. Mencerahkan Kulit Masalah kulit kusam sangat mengganggu penampilan kita. Apalagi ada bekas jerawat pada kulit wajah, tentu menjadi masalah yang serius bagi kebanyakan orang. Nah, kamu bisa menggunakan manfaat daun bidara untuk mengatasi masalah kulit kusam. Daun bidara ternyata ampuh bisa membantu mencerahkan kulit. Kandungan vitamin C dan zat antioksidan dalam daun bidara mampu melawan radikal bebas dann mencegah kerusakan sel, sehingga kulit dapat menjadi semakin cerah dan sehat. Mencegah Penuaan Dini Manfaat daun bidara untuk kecantikan lainnya yaitu dapat mencegah penuaan dini. Lantaran kandungan daun bidara bisa mencegah keriput dan lingakran hitam di area mata. Kamu bisa menggunakan daun bidara sebagai masker dengan campuran madu atau perasan lemon. Oleskan pada wajah dan diamkan hingga mongering kemudian bilas sampai bersih. Mengatasi Rambut Rontok Tak hanya mengatasi jerawat, manfaat daun bidara untuk kecantikan juga bisa untuk merawat kesehatan rambut. Cara menggunakan daun bidara untuk perawatan rambut adalah dengan merebusnya lalu dijadikan hair tonic. Manfaat daun bidara untuk kecantikan dapat membuat rambut lebih kuat dan mencegah kerusakan serta kerontokan rambut. HADIS BIDARA Oleh: I sadewo Art Teks Hadis dan Terjemahan 61 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ. قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ. حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ الْمُهَاجِرِ, قَالَ: سَمِعْتُ صَفِيَّةَ تُحَدِّثُ عَنْ عَائِشَةَ, أَنَّ أَسْمَاءَ سَأَلَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِ الْمَحِيْضِ؟ فَقَالَ: “تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ. فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ. ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيْدًا. حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا. ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ. ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا” فَقَالَتْ أَسْمَاءُ: وَكَيْفَ تَطَهَّرُ بِهَا؟ فَقَالَ: سُبْحَانَ اللهِ! تَطَهَّرِيْنَ بِهَا” فَقَالَتْ عَائِشَةُ (كَأَنَّهَا تُخْفِي ذَلِكَ) تَتَبَّعِيْنَ أَثَرَ الدَّمِ. وَسَأَلَتْهُ عَنْ غُسْلِ الْجَنَابَةِ؟ فَقَالَ: “تَأْخُذُ مَاءً فَتَطَهَّرُ. فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ. أَوْ تُبْلِغُ الطُّهُورَ. ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ. حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا. ثُمَّ تُفِيْضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ” فَقَالَتْ عَائِشَةُ: نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ! لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّيْنِ (رواه مسلم)[1] Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar Ibnu al-Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Ibrahim bin al-Muhajir dia berkata, saya mendengar Shafiyyah menceritakan dari Aisyah bahwa Asma’ bertanya kepada Nabi saw. tentang mandinya orang yang haid. Beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian mengambil air dan daun bidara. Maka bersucilah dia dan sempurnakanlah dalam bersucinya. Kemudian tuangkanlah air di kepalanya sambil memijat-mijatnya dengan kuat hingga meresap pada akar rambutnya, kemudian tuangkan air ke sekujur tubuhnya, setelah itu ambillah sepotong kapas yang sudah diberi minyak wangi yang digunakan untuk membersihkannya.” Asma’ berkata; ‘Bagaimana cara membersihkannya?’ beliau bersabda; “Subhanallah, bersihkanlah dengannya.” Lalu Aisyah berkata dengan melirihkan suaranya; ‘Kamu bersihkan sisa-sisa darah tersebut dengan kapas.’ Dan dia bertanya kepada beliau tentang mandi junub, beliau bersabda: “Hendaklah ia mengambil air, kemudian bersuci dan memperbagus bersucinya atau menyempurnakan bersucinya. Kemudian menuangkan air di kepalanya sambil memijat-mijat hingga meresap pada akar kepalanya, setelah itu menuangkan air ke seluruh tubuhnya.” Aisyah berkata; ‘Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar, rasa malu tidak menjadi penghalang mereka untuk mendalami masalah agamanya.”[2] Keterangan Hadis Berdasarkan penelusuran atas kata سِدْرَةٌ dalam Mu’jam[3] hadis ini dapat ditemukan di Shahih Muslim, Kitab حيض, bab 61, dan di Musnad Ahmad bin Hanbal, bab 6, 147, 188. Pada sesi ini penulis ingin memaparkan sedikitnya tentang kualitas hadis yang menjadi pokok pembahasan pada makalah ini, dari penelusuran data yang kami kaji dengan landasan definisi hadis shahih yaitu ketersambungan sanad, kedhabitan serta keadilan rawi, dan terhindarnya matan dan hadis dari syadz serta ‘ilat. Pertama, ketersambungan sanad. Hal ini bisa kita lihat dari biografi masing-masing rawi. Setelah penulis telusuri biografinya antara rawi satu dan yang lainnya memiliki hubungan guru-murid, dengan jarak waktu dan tempat ia tinggal memungkinkan mereka saling bertemu dan saling belajar dan mengajarkan hadis, hal ini juga diperkuat dengan cara penerimaan hadis atau yang biasa disebut tahammul wal ada’, metode yang digunakan sima’i dengan sighat حَدَّثَنَا dan سَمِعْتُ. Kedua, kedhabitan serta keadilan para perawi hadis. Setelah pemakalah telusuri biografinya di kitab Tahdzib, hampir keseluruhan berkedudukan tsiqah kecuali satu perawi yaitu Ibrahim dari kalangan tabi’in hanya berkedudukan maqbul. Adapun dalam matan tidak ada yang bertentangan dengan riwayat lain dan tidak ditemukan ‘ilal serta syadz maka bisa disimpulkan hadis ini merupakan hadis hasan. Jika ditinjau dari segi kuantitasnya, hadis ini merupakan hadis mutawatir billafdzi karena cukup banyak hadis yang ditemukan di kitab-kitab primer hadis dengan lafadz yang berbeda-beda. 2. Hadis Terkait حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْمُهَاجِرِ، قَالَ: سَمِعْتُ صَفِيَّةَ تحَدَّثُ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ أَسْمَاءَ سَأَلَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِ الْمَحِيْضِ؟ قَالَ: “تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ، فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتُدَلِّكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى يَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ، ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا “، قَالَتْ أَسْمَاءُ وَكَيْفَ تَطَهَّرُ بِهَا؟ قَالَ: “سُبْحَانَ اللَّهِ، تَطَهَّرِي بِهَا”، فَقَالَتْ عَائِشَةُ: كَأَنَّهَا تُخْفِي ذَلِكَ: تَبْتَغِي أَثَرَ الدَّمِ. وَسَأَلَتْهُ عَنْ غُسْلِ الْجَنَابَةِ؟ قَالَ: “تَأْخُذِينَ مَاءَ فَتَطَهَّرِينَ، فَتُحْسِنِينَ الطُّهُورَ، أَوْ أَبْلِغِي الطُّهُورَ، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتُدَلِّكُهُ حَتَّى يَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا، ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ”، فَقَالَتْ عَائِشَةُ: نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ، لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ (رواه أحمد)[4] 3. Anjuran Mandi (Bersuci) Dengan Daun Bidara Wanita yang telah selesai masa haidnya maka diwajibkan untuk mandi, serta tidak boleh ditunda-tunda apalagi jika telah masuk waktu shalat. Dalam tata cara mandi (bersuci), Rasulullah saw. menganjurkan bagi kaum wanita hendaknya menyediakan air dan daun bidara. Maksud daun bidara disini adalah daun bidara yang telah ditumbuk. Fungsinya sebagai pengganti sabun, sehingga dari daun tersebut memang ada manfaat yang bisa diambil berkenaan dengan urusan mandi. (Intinya supaya lekas keset/bersih).[5] Selanjutnya berwudhu secara sempurna. Sesudah itu, tuangkan air ke kepala sembari menggosok-gosoknya dengan benar-benar hingga air mencapai pangkal rambut. Sesudah itu meratakan air ke seluruh tubuh. Selanjutnya, mengambil sejumput kapas atau kain halus yang sudah diolesi minyak wangi lalu digunakan untuk membersihkan bekas darah itu dengannya”. Imam An-Nawawi berkata: “Jumhur ulama berkata (bekas darah) adalah farji (kemaluan).” beliau berkata: “di antara sunnah bagi wanita yang mandi dari haid adalah mengambil minyak wangi kemudian menuangkan pada kapas, kain atau semacamnya, lalu memasukkannya ke dalam farji setelah selesai mandi, hal ini disukai juga bagi wanita-wanita yang nifas karena nifas adalah haid”.[6] 4. Pengenalan kepada Bidara Bidara (Ziziphus Mauritiana Lamarck.) merupakan sejenis pohon kecil penghasil buah yang banyak tumbuh di kawasan tandus. Tanaman ini turut dikenal dengan perbagai nama (common names) mengikut negara. Antaranya Bidara, Epal Siam dan Jujub (Malaysia); Manzanitas (Filipina); Zee-pen (Burma); Putrea (Kemboja); Than (Laos); Phutsaa, ma tan (Thailand); Tao, tao nhuc (Vietnam). Dalam bahasa Inggris, ia dikenal sebagai Jujube, Indian Jujube, Indian Plum, Chinese Apple atau Jujubier dalam bahasa Perancis.[7] Ziziphus Mauritiana merupakan tumbuhan asal Asia Selatan dan Afrika Utara. Pokok bidara telah berkembang secara semula jadi dari kawasan tropika Afrika kepada wilayah yang luas di Algeria, Tunisia, Libya, Mesir, Uganda dan Kenya (Afrika); Afghanistan, Pakistan, India Utara, Nepal, Bangladesh, Selatan China, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaysia, Indonesia hingga ke Australia. Seterusnya meluas ke kawasan Pasifik dan tempat-tempat lain. Kini bidara banyak ditanam di negara Afrika hingga kepulauan Madagascar. Negara yang menanam bidara bagi tujuan komersial ialah India, China dan sebagian wilayah Thailand.[8] Tanaman ini dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi, tetapi tumbuhan ini lebih menyukai udara yang panas dengan curah hujan berkisar antara 125 mm dan di atas 2000 mm. Suhu maksimum agar dapat tumbuh dengan baik adalah 37 – 48 C, dengan suhu minimum 7 – 13 C. Tanaman ini umumnya ditemukan pada daerah dengan ketinggian 0 – 1000 mdpl.[9] 5. Bidara Menurut Al-Qur’an dan Hadis Bidara (al-Sidr) telah dinyatakan dalam al-Qur’an dan hadis. Pembahasan mengenai bidara lazimnya meliputi perbincangan nash meliputi beberapa surah, yaitu; Bidara turut dinyatakan menerusi kalam Nabi saw. dan diperincikan manfaatnya. Antaranya ialah kegunaan bidara dalam mandi wajib wanita yang baru suci dari haid; Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a, “(Apabila hendak mandi wajib) salah seorang antara kalian (wanita haid), ambil air yang dicampur dengan daun bidara lalu bersuci (sehingga sempurna). Kemudian tuangkan air di atas kepala seraya menggosok sehingga sampai air ke akar–akar rambutnya, kemudian ratakan seluruh tubuh dengan air.” (HR. Muslim). Kesimpulan dari himpunan nash tersebut di atas, dapat dinyatakan bahwa bidara merupakan tumbuhan surga. Allah swt. menjanjikan kenikmatan kepada penghuni surga di samping pohon bidara. Nabi saw. turut memperingatkan mengenai pentingnya daun bidara sebagai campuran dalam bersuci atau mandian. Pohon bidara turut memainkan peranan penting dalam ekosistem. Sifatnya yang tahan lasak dan kewujudannya di kawasan tandus menjadikannya penting sebagai nadi persekitaran sehingga Nabi saw. melarang memusnahkannya.[10] 6. Tafsiran Ulama’ terhadap Tumbuhan Bidara yang dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Hadis serta Nama Saintifik Sidr (سدر / سدرة) Lafadz sidr atau sidrah diulang sebanyak 4 kali yaitu 3 kali dengan perkataan sidr dan sekali dengan perkataan sidrah. Menurut Kamus Besar Dewan Arab-Melayu, perkataan sidr bermaksud pokok bidara. Merujuk kepada Tafsir Pimpinan Rahman, perkataan sidr diterjemahkan sebagai pokok bidara. Allah swt. menyebut tentang sifat pokok bidara ini di dalam surga dengan perkataan makhdud (مخضود) yaitu tidak berduri. Ibn Katsir (w. 774 H) berpendapat, disebutkan pokok bidara yang tidak berduri karena pokok bidara ketika di dunia mempunyai banyak duri dan menghasilkan buah yang sedikit. Sebaliknya di akhirat (surga) pokok bidara itu mempunyai banyak buah dan tidak berduri.[11] Terdapat perbedaan mengenai penamaan pokok ini dalam nama saintifiknya, perbedaan tersebut bisa dilihat di dalam jadwal berikut: Jadwal: Perbedaan nama spesies bagi perkataan sidrah Spesies Rujukan Cedrus deodara Shafaqat et al. (2010) Ziziphus spina-christi Khafagi et al. (2006) Ziziphus mauritiana Marwat et al. (2009) Cedrus libani Farooqi (2003) Berdasarkan jadwal di atas, terdapat empat nama spesies dengan dua genus yang berbeda bagi perkataan sidrah. Ziziphus spina-christi dan Ziziphus mauritiana adalah dari genus Ziziphus yaitu pokok bidara. Sedangkan Cedrus deodara dan Cedrus libani adalah dari genus Cedrus. Rasulullah saw. pun menyarankan agar memandikan mayat dengan menggunakan daun bidara, dan perkataan yang digunakan juga adalah sidr. Kebiasaan masyarakat memandikan mayat dengan daun bidara merupakan sunnah Rasulullah saw., dan masyarakat menggunakan daun bidara dari genus Ziziphus.[12] 7. Pengetahuan Botani Tentang Bidara Berikut dinyatakan pengenalan, ekologi, potensi, sifat dan manfaat bidara; Ziziphus Mauritiana Lamarck (Bidara) Buah bidara yang sudah masak Kingdom Plantae Divisi Magnoliophyta Kelas Magnoliopsida Ordo R osales Keluarga Rhamnaceae Genus Ziziphus Spesies Z. mauritiana Bidara atau nama saintifiknya Ziziphus Mauritiana merupakan sejenis pokok renek malar hijau yang tumbuh sekitar Asia dan Asia Selatan. Pokok bidara berbentuk renek berduri dengan ketinggian sehingga 15 meter dengan batang berdiameter 40 cm atau lebih. Rimbunan daunnya meredup, banyak dahan merendang dan mempunyai duri stipular. Daunnya berbentuk ovate atau bujur eliptik dengan 3 urat lekuk membujur di pangkal. Panjang daunnya kira-kira 2.5-3.2 cm, 1.8-3.8 cm lebar dan mempunyai gigi halus pada pinggirnya. Daunnya berwarna hijau gelap dan berkilat di sebelah atas, serta berwarna hijau pucat atau hijau kelabu di bagian bawah bergantung kepada iklim dan persekitaran. Pokok bidara cepat.

I sadewo Art
Whatsapp me : +62 82124488223

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katakanlah Kebenaran Walau itu Pahit

ENSIKLOPEDIA SYECH CILIWULUNG BIN KIYAI RADEN KENYEP