23 Januari 2021 Dalam Al-Qur’an Menjelaskan Keistimewaan Pohon BIDARA Beribu
Manfaat ! Dalam Al-Qur’an Menjelaskan Keistimewaan Pohon BIDARA Beribu Manfaat !
Gambar Daun Buah Bidara Manfaat Daun Bidara, Tanaman Disebut dalam Al -Qur’an,
Buat Kesehatan & Kecantikan Fresh | Minggu, 29 DESEMBER 2020 Manfaat Daun
Bidara, Tanaman Disebut dalam Qur’an, Buat Kesehatan & Kecantikan Manfaat Daun
Bidara Semua bagian bidara (daun, buah, biji, akar, dan batang) dapat
dimanfaatkan Dream – Tanaman bidara adalah sejenis pohon kecil yang tumbuh
hijau. Tanaman yang bernama latin Ziziphus Mauritiana ini banyak ditemukan
didaerah Afrika Utara dan daerah tropis. Di Indonesia sendiri, tanaman ini
banyak ditemukan di Sumbawa, Nusa Tenggara Barta. Bidara merupakan salah satu
tanaman yang disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits Nabi. Salah satunya dalam
Surat As-Saba ayat 16 yang artinya, “ Tetapi mereka berpaling, Maka Kami
datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka
dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan
sedikit dari pohon Sidr (bidara).” Tak hanya baik untuk kesehatan, daun bidara
juga banyak dimanfaatkan untuk kecantikan. Mulai dari kulit kering, kulit
berjerawat, hingga kulit yang menunjukkan penuaan. Berikut adalah beberapa
manfaat dari daun bidara. Manfaat Daun Bidara Untuk Kesehatan Daun Bidara
Anti-Mikroba Manfaat daun bidara terbanyak adalah sebagai antimikroba. Baik
bakteri, jamur mau pun parasit. Beberapa zat aktif yang terkandung dalam ektrak
daun bidara yang menunjukkan potensi tersebut adalah alkaloid, flavanoid, tanin
fenol dan saponi. Salah satu kandungan aktif daun bidara yang berfungsi sebagai
antibakteri adalah saponin. Saponin merupakan glikosida komplek. Senyawa ini
bersifat polar dan larut dalam air (hidrofilik) dan sering disering juga disebut
surfaktan alamiah karena dapat menurunkan tegangan permukaan. Kandungan lain
seperti alkaloid, flavonoid dan tanin juga menunjukan aktivitas antimikroba.
Mekanisme antimikroba alkaloid adalah mengganggu komponen petidoglikan pada
bakteri sehingga lapisan dinding sel mikroba tidak lagi terbentuk dan
menyebabkan sel mikroba menjadi mudah hancur. Mempercepat Penyembuhan Luka Luka
Daun biadara juga dapat digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka.
Karena daun bidara memiliki sifat antiinflamasi dan antibakteri sangat baik
dalam membantu mempercepat proses regenerasi kulit. Selain itu, kandungan
senyawa glikosida dalam daun bidara juga bisa menghilangkan bekas luka di kulit
dan menyembuhkan luka bakar. Luka di kulit seperti lecet, tersayat, atau akibat
tergores. Cara menggunakannya pun cukup mudah, kamu dapat mengmabil bubuk
ekstrak daun bidara kemudian dicampurkan sedikit dengan air. Lalu balurkan pada
area tubuh yang terluka. Anti-Depresan Penyembuhan luka Daun bidara memiliki
kandungan alkaloid dan plavanoid yang mampu menghambat kerja dari
mono-aminoksidase. Sehingga menghambat degradasi neurotransmiter syaraf pusat
seperti serotonin dan katekolamin yang efeknya pada otak. Dan menimbulkan
potensi stimulasi susunan saraf pusat yang menghambat terjadinya depresi. Selain
itu daun bidara juga dapat menjadi antioksidan. Ekstrak daun bidara memiliki
aktivitas antioksidan yang kuat, hal ini berkat kandungan plavanoid yang
terkandung di dalamnya. Plavanoid merupakan senyawa pereduksi yang dapat
menghambat banyak reaksi oksidasi dengan cara mentransfer senyawa elektron pada
senyawa radikal bebas sehingga senyawa radikal bebas menjadi stabil dan tidak
terjadi reaksi oksidasi. Anti-Kanker Pada daun bidara ditemukan juga senyawa
alkaloid, saponin, triterpenoid dan steroid yang memiliki efek sitotoksik
sebagai antikanker. Dimana diketahui bahwa senyawa-senyawa tersebut menghasilkan
senyawa reduksi yang dikenal dengan nama kuersetin. Kuersetin yang tergolong
antioksidan ini memiliki aktivitas terhadap reseptor proto-onkogen
proteintirosin kinase dan uridin 5-monofosfat sintase. Sebagai reseptor
obat-obatan antikaner yang pada akhirnya dapat melakukan inhibisi terhadap DNA
topoisomerase pada sel kanker yang berakibat penghambatan pertumbuhan sel
kanker. Membantu Mengatasi Masalah Keputihan Keputihan sering menjadi masalah
bagi beberapa wanita. Kandungan anti jamur dan anti bakteri pada daun bidara,
dapat membantu mencegah keputihan pada area kewanitaan. Untuk menggunakannya,
kamu dapat mencampurkan air rendaman daun bidara untuk membersihkan area
tersebut. Lakukan secara rutin atau sesaat setelah selesai mandi. Menurunkan
Kolesterol Kolesterol jahat atau LDL dalam darah bisa turun jika mengonsumsi
serat yang larut dalam air. Serat tersebut bisa didapatkan dari air rebusan daun
bidara. Ekstrak daun bidara ini bisa mengikat kolesterol dalam sistem pencernaan
dan membuangnya keluarnya melalui feses. Aktivitas antidiabetik ekstrak daun
bidara juga diperoleh melalui mekanisme penghambatan enzim-enzim pemecah
karbohidrat menjadi glukosa yang terdapat di saluran cerna. Manfaat Daun Bidara
Untuk Kecantikan Manfaat daun bidara Manfaat daun bidara untuk kecantikan bisa
digunakan sebagai penenang kulit yang meradang. Daun bidara memiliki kandungan
anti-inflamasi dimana bisa menenangkan kulit yang meradang. Selain itu daun
bidara juga memiliki manfaat lain untuk kecantikan, diantaranya: Melembabkan
Kulit Jika kamu memiliki kulit yang kering, kamu bisa memanfaatkan kandungan
lemak danmineral dalam daun bidara untuk mengatasinya. Manfaat daun bidara untuk
kecantikan diyakini mampu melembapkan kulit. Kamu bisa memanfaatkannya sebagai
masker. Caranya haluskan daun bidara, tambahkan air atau air mawar hingga
teksturnya mirip masker. Lalu oleskan pada area kulit yang kering. Tunggu
beberapa menit hingga mengering, lalu bilas dengan air bersih. Mengatasi Jerawat
Jerawat Manfaat daun bidara memang sangat baik untuk kecantikan, salah satunya
mengatasi permasalahan jerawat. Hal ini lantaran kadungan zat antibakteria dalam
daun bidara yang dipercaya mampu mengatasi masalah kulit tersebut. Caranya,
haluskan daun bidara lalu berikan air atau perasan lemon. Campur hingga merata
dan oleskan pada kulit yang berjerawat. Diamkan selama 20 menit atau hingga
masker mongering. Lalu bilas sampai bersih. Gunakan rutin setidaknya dua kali
dalam seminggu. Mencerahkan Kulit Masalah kulit kusam sangat mengganggu
penampilan kita. Apalagi ada bekas jerawat pada kulit wajah, tentu menjadi
masalah yang serius bagi kebanyakan orang. Nah, kamu bisa menggunakan manfaat
daun bidara untuk mengatasi masalah kulit kusam. Daun bidara ternyata ampuh bisa
membantu mencerahkan kulit. Kandungan vitamin C dan zat antioksidan dalam daun
bidara mampu melawan radikal bebas dann mencegah kerusakan sel, sehingga kulit
dapat menjadi semakin cerah dan sehat. Mencegah Penuaan Dini Manfaat daun bidara
untuk kecantikan lainnya yaitu dapat mencegah penuaan dini. Lantaran kandungan
daun bidara bisa mencegah keriput dan lingakran hitam di area mata. Kamu bisa
menggunakan daun bidara sebagai masker dengan campuran madu atau perasan lemon.
Oleskan pada wajah dan diamkan hingga mongering kemudian bilas sampai bersih.
Mengatasi Rambut Rontok Tak hanya mengatasi jerawat, manfaat daun bidara untuk
kecantikan juga bisa untuk merawat kesehatan rambut. Cara menggunakan daun
bidara untuk perawatan rambut adalah dengan merebusnya lalu dijadikan hair
tonic. Manfaat daun bidara untuk kecantikan dapat membuat rambut lebih kuat dan
mencegah kerusakan serta kerontokan rambut. HADIS BIDARA Oleh: I sadewo Art Teks
Hadis dan Terjemahan 61 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ
بَشَّارٍ. قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ.
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ الْمُهَاجِرِ, قَالَ: سَمِعْتُ
صَفِيَّةَ تُحَدِّثُ عَنْ عَائِشَةَ, أَنَّ أَسْمَاءَ سَأَلَتِ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِ الْمَحِيْضِ؟ فَقَالَ: “تَأْخُذُ
إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ. فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ. ثُمَّ
تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيْدًا. حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ
رَأْسِهَا. ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ. ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً
فَتَطَهَّرُ بِهَا” فَقَالَتْ أَسْمَاءُ: وَكَيْفَ تَطَهَّرُ بِهَا؟ فَقَالَ:
سُبْحَانَ اللهِ! تَطَهَّرِيْنَ بِهَا” فَقَالَتْ عَائِشَةُ (كَأَنَّهَا تُخْفِي
ذَلِكَ) تَتَبَّعِيْنَ أَثَرَ الدَّمِ. وَسَأَلَتْهُ عَنْ غُسْلِ الْجَنَابَةِ؟
فَقَالَ: “تَأْخُذُ مَاءً فَتَطَهَّرُ. فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ. أَوْ تُبْلِغُ
الطُّهُورَ. ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ. حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ
رَأْسِهَا. ثُمَّ تُفِيْضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ” فَقَالَتْ عَائِشَةُ: نِعْمَ
النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ! لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ
يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّيْنِ (رواه مسلم)[1] Terjemahan: Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar Ibnu al-Mutsanna berkata, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami
Syu’bah dari Ibrahim bin al-Muhajir dia berkata, saya mendengar Shafiyyah
menceritakan dari Aisyah bahwa Asma’ bertanya kepada Nabi saw. tentang mandinya
orang yang haid. Beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian mengambil air dan
daun bidara. Maka bersucilah dia dan sempurnakanlah dalam bersucinya. Kemudian
tuangkanlah air di kepalanya sambil memijat-mijatnya dengan kuat hingga meresap
pada akar rambutnya, kemudian tuangkan air ke sekujur tubuhnya, setelah itu
ambillah sepotong kapas yang sudah diberi minyak wangi yang digunakan untuk
membersihkannya.” Asma’ berkata; ‘Bagaimana cara membersihkannya?’ beliau
bersabda; “Subhanallah, bersihkanlah dengannya.” Lalu Aisyah berkata dengan
melirihkan suaranya; ‘Kamu bersihkan sisa-sisa darah tersebut dengan kapas.’ Dan
dia bertanya kepada beliau tentang mandi junub, beliau bersabda: “Hendaklah ia
mengambil air, kemudian bersuci dan memperbagus bersucinya atau menyempurnakan
bersucinya. Kemudian menuangkan air di kepalanya sambil memijat-mijat hingga
meresap pada akar kepalanya, setelah itu menuangkan air ke seluruh tubuhnya.”
Aisyah berkata; ‘Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar, rasa malu tidak
menjadi penghalang mereka untuk mendalami masalah agamanya.”[2] Keterangan Hadis
Berdasarkan penelusuran atas kata سِدْرَةٌ dalam Mu’jam[3] hadis ini dapat
ditemukan di Shahih Muslim, Kitab حيض, bab 61, dan di Musnad Ahmad bin Hanbal,
bab 6, 147, 188. Pada sesi ini penulis ingin memaparkan sedikitnya tentang
kualitas hadis yang menjadi pokok pembahasan pada makalah ini, dari penelusuran
data yang kami kaji dengan landasan definisi hadis shahih yaitu ketersambungan
sanad, kedhabitan serta keadilan rawi, dan terhindarnya matan dan hadis dari
syadz serta ‘ilat. Pertama, ketersambungan sanad. Hal ini bisa kita lihat dari
biografi masing-masing rawi. Setelah penulis telusuri biografinya antara rawi
satu dan yang lainnya memiliki hubungan guru-murid, dengan jarak waktu dan
tempat ia tinggal memungkinkan mereka saling bertemu dan saling belajar dan
mengajarkan hadis, hal ini juga diperkuat dengan cara penerimaan hadis atau yang
biasa disebut tahammul wal ada’, metode yang digunakan sima’i dengan sighat
حَدَّثَنَا dan سَمِعْتُ. Kedua, kedhabitan serta keadilan para perawi hadis.
Setelah pemakalah telusuri biografinya di kitab Tahdzib, hampir keseluruhan
berkedudukan tsiqah kecuali satu perawi yaitu Ibrahim dari kalangan tabi’in
hanya berkedudukan maqbul. Adapun dalam matan tidak ada yang bertentangan dengan
riwayat lain dan tidak ditemukan ‘ilal serta syadz maka bisa disimpulkan hadis
ini merupakan hadis hasan. Jika ditinjau dari segi kuantitasnya, hadis ini
merupakan hadis mutawatir billafdzi karena cukup banyak hadis yang ditemukan di
kitab-kitab primer hadis dengan lafadz yang berbeda-beda. 2. Hadis Terkait
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ
الْمُهَاجِرِ، قَالَ: سَمِعْتُ صَفِيَّةَ تحَدَّثُ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ
أَسْمَاءَ سَأَلَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِ
الْمَحِيْضِ؟ قَالَ: “تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ،
فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتُدَلِّكُهُ دَلْكًا
شَدِيدًا حَتَّى يَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ،
ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا “، قَالَتْ أَسْمَاءُ
وَكَيْفَ تَطَهَّرُ بِهَا؟ قَالَ: “سُبْحَانَ اللَّهِ، تَطَهَّرِي بِهَا”،
فَقَالَتْ عَائِشَةُ: كَأَنَّهَا تُخْفِي ذَلِكَ: تَبْتَغِي أَثَرَ الدَّمِ.
وَسَأَلَتْهُ عَنْ غُسْلِ الْجَنَابَةِ؟ قَالَ: “تَأْخُذِينَ مَاءَ فَتَطَهَّرِينَ،
فَتُحْسِنِينَ الطُّهُورَ، أَوْ أَبْلِغِي الطُّهُورَ، ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى
رَأْسِهَا فَتُدَلِّكُهُ حَتَّى يَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا، ثُمَّ تُفِيضُ
عَلَيْهَا الْمَاءَ”، فَقَالَتْ عَائِشَةُ: نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ
الْأَنْصَارِ، لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي
الدِّينِ (رواه أحمد)[4] 3. Anjuran Mandi (Bersuci) Dengan Daun Bidara Wanita
yang telah selesai masa haidnya maka diwajibkan untuk mandi, serta tidak boleh
ditunda-tunda apalagi jika telah masuk waktu shalat. Dalam tata cara mandi
(bersuci), Rasulullah saw. menganjurkan bagi kaum wanita hendaknya menyediakan
air dan daun bidara. Maksud daun bidara disini adalah daun bidara yang telah
ditumbuk. Fungsinya sebagai pengganti sabun, sehingga dari daun tersebut memang
ada manfaat yang bisa diambil berkenaan dengan urusan mandi. (Intinya supaya
lekas keset/bersih).[5] Selanjutnya berwudhu secara sempurna. Sesudah itu,
tuangkan air ke kepala sembari menggosok-gosoknya dengan benar-benar hingga air
mencapai pangkal rambut. Sesudah itu meratakan air ke seluruh tubuh.
Selanjutnya, mengambil sejumput kapas atau kain halus yang sudah diolesi minyak
wangi lalu digunakan untuk membersihkan bekas darah itu dengannya”. Imam
An-Nawawi berkata: “Jumhur ulama berkata (bekas darah) adalah farji (kemaluan).”
beliau berkata: “di antara sunnah bagi wanita yang mandi dari haid adalah
mengambil minyak wangi kemudian menuangkan pada kapas, kain atau semacamnya,
lalu memasukkannya ke dalam farji setelah selesai mandi, hal ini disukai juga
bagi wanita-wanita yang nifas karena nifas adalah haid”.[6] 4. Pengenalan kepada
Bidara Bidara (Ziziphus Mauritiana Lamarck.) merupakan sejenis pohon kecil
penghasil buah yang banyak tumbuh di kawasan tandus. Tanaman ini turut dikenal
dengan perbagai nama (common names) mengikut negara. Antaranya Bidara, Epal Siam
dan Jujub (Malaysia); Manzanitas (Filipina); Zee-pen (Burma); Putrea (Kemboja);
Than (Laos); Phutsaa, ma tan (Thailand); Tao, tao nhuc (Vietnam). Dalam bahasa
Inggris, ia dikenal sebagai Jujube, Indian Jujube, Indian Plum, Chinese Apple
atau Jujubier dalam bahasa Perancis.[7] Ziziphus Mauritiana merupakan tumbuhan
asal Asia Selatan dan Afrika Utara. Pokok bidara telah berkembang secara semula
jadi dari kawasan tropika Afrika kepada wilayah yang luas di Algeria, Tunisia,
Libya, Mesir, Uganda dan Kenya (Afrika); Afghanistan, Pakistan, India Utara,
Nepal, Bangladesh, Selatan China, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaysia,
Indonesia hingga ke Australia. Seterusnya meluas ke kawasan Pasifik dan
tempat-tempat lain. Kini bidara banyak ditanam di negara Afrika hingga kepulauan
Madagascar. Negara yang menanam bidara bagi tujuan komersial ialah India, China
dan sebagian wilayah Thailand.[8] Tanaman ini dapat beradaptasi dengan berbagai
kondisi, tetapi tumbuhan ini lebih menyukai udara yang panas dengan curah hujan
berkisar antara 125 mm dan di atas 2000 mm. Suhu maksimum agar dapat tumbuh
dengan baik adalah 37 – 48 C, dengan suhu minimum 7 – 13 C. Tanaman ini umumnya
ditemukan pada daerah dengan ketinggian 0 – 1000 mdpl.[9] 5. Bidara Menurut
Al-Qur’an dan Hadis Bidara (al-Sidr) telah dinyatakan dalam al-Qur’an dan hadis.
Pembahasan mengenai bidara lazimnya meliputi perbincangan nash meliputi beberapa
surah, yaitu; Bidara turut dinyatakan menerusi kalam Nabi saw. dan diperincikan
manfaatnya. Antaranya ialah kegunaan bidara dalam mandi wajib wanita yang baru
suci dari haid; Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a, “(Apabila hendak mandi wajib)
salah seorang antara kalian (wanita haid), ambil air yang dicampur dengan daun
bidara lalu bersuci (sehingga sempurna). Kemudian tuangkan air di atas kepala
seraya menggosok sehingga sampai air ke akar–akar rambutnya, kemudian ratakan
seluruh tubuh dengan air.” (HR. Muslim). Kesimpulan dari himpunan nash tersebut
di atas, dapat dinyatakan bahwa bidara merupakan tumbuhan surga. Allah swt.
menjanjikan kenikmatan kepada penghuni surga di samping pohon bidara. Nabi saw.
turut memperingatkan mengenai pentingnya daun bidara sebagai campuran dalam
bersuci atau mandian. Pohon bidara turut memainkan peranan penting dalam
ekosistem. Sifatnya yang tahan lasak dan kewujudannya di kawasan tandus
menjadikannya penting sebagai nadi persekitaran sehingga Nabi saw. melarang
memusnahkannya.[10] 6. Tafsiran Ulama’ terhadap Tumbuhan Bidara yang dinyatakan
dalam Al-Qur’an dan Hadis serta Nama Saintifik Sidr (سدر / سدرة) Lafadz sidr
atau sidrah diulang sebanyak 4 kali yaitu 3 kali dengan perkataan sidr dan
sekali dengan perkataan sidrah. Menurut Kamus Besar Dewan Arab-Melayu, perkataan
sidr bermaksud pokok bidara. Merujuk kepada Tafsir Pimpinan Rahman, perkataan
sidr diterjemahkan sebagai pokok bidara. Allah swt. menyebut tentang sifat pokok
bidara ini di dalam surga dengan perkataan makhdud (مخضود) yaitu tidak berduri.
Ibn Katsir (w. 774 H) berpendapat, disebutkan pokok bidara yang tidak berduri
karena pokok bidara ketika di dunia mempunyai banyak duri dan menghasilkan buah
yang sedikit. Sebaliknya di akhirat (surga) pokok bidara itu mempunyai banyak
buah dan tidak berduri.[11] Terdapat perbedaan mengenai penamaan pokok ini dalam
nama saintifiknya, perbedaan tersebut bisa dilihat di dalam jadwal berikut:
Jadwal: Perbedaan nama spesies bagi perkataan sidrah Spesies Rujukan Cedrus
deodara Shafaqat et al. (2010) Ziziphus spina-christi Khafagi et al. (2006)
Ziziphus mauritiana Marwat et al. (2009) Cedrus libani Farooqi (2003)
Berdasarkan jadwal di atas, terdapat empat nama spesies dengan dua genus yang
berbeda bagi perkataan sidrah. Ziziphus spina-christi dan Ziziphus mauritiana
adalah dari genus Ziziphus yaitu pokok bidara. Sedangkan Cedrus deodara dan
Cedrus libani adalah dari genus Cedrus. Rasulullah saw. pun menyarankan agar
memandikan mayat dengan menggunakan daun bidara, dan perkataan yang digunakan
juga adalah sidr. Kebiasaan masyarakat memandikan mayat dengan daun bidara
merupakan sunnah Rasulullah saw., dan masyarakat menggunakan daun bidara dari
genus Ziziphus.[12] 7. Pengetahuan Botani Tentang Bidara Berikut dinyatakan
pengenalan, ekologi, potensi, sifat dan manfaat bidara; Ziziphus Mauritiana
Lamarck (Bidara) Buah bidara yang sudah masak Kingdom Plantae Divisi
Magnoliophyta Kelas Magnoliopsida Ordo R osales Keluarga Rhamnaceae Genus
Ziziphus Spesies Z. mauritiana Bidara atau nama saintifiknya Ziziphus Mauritiana
merupakan sejenis pokok renek malar hijau yang tumbuh sekitar Asia dan Asia
Selatan. Pokok bidara berbentuk renek berduri dengan ketinggian sehingga 15
meter dengan batang berdiameter 40 cm atau lebih. Rimbunan daunnya meredup,
banyak dahan merendang dan mempunyai duri stipular. Daunnya berbentuk ovate atau
bujur eliptik dengan 3 urat lekuk membujur di pangkal. Panjang daunnya kira-kira
2.5-3.2 cm, 1.8-3.8 cm lebar dan mempunyai gigi halus pada pinggirnya. Daunnya
berwarna hijau gelap dan berkilat di sebelah atas, serta berwarna hijau pucat
atau hijau kelabu di bagian bawah bergantung kepada iklim dan persekitaran.
Pokok bidara cepat.
I sadewo Art
Whatsapp me : +62 82124488223
Komentar
Posting Komentar